Nano - nano rasanya. Aku bahagia, aku bersedih, aku kecewa, aku
menangis, aku tertawa, dan mungkin aku marah. Semua pasti pernah merasakan. Aku
pun juga. Kebayang dalam benakku bagaimana rasa itu hadir saat aku kecil. Bisa
jadi aku bahagia karna dibuatkan baju hasil jahitan mama. Bisa jadi aku sedih
karna nilai ulanganku jelek ‘bukan karna
tidak dibelikan mainan’, seingatku aku jarang meminta dibelikan mainan.
Bisa jadi aku kecewa karna mama tidak bawa majalah BOBO seperti biasanya saat
pulang ke rumah. Bisa jadi aku menangis karna merasakan sakit. Aku pun bisa
saja tertawa saat bersama teman-temanku. Terakhir yang kuingat, aku marah
dengan teman mainku karna dia lancang membuka surat kiriman yang diantar pak
Pos, surat yang seharusnya aku yang buka. Itu dulu. Saat kukecil. Kini aku
telah jauh dari masa kecilku, rasa itu pun hadir berganti. Hanya saja dalam
bentuk dan waktu yang berbeda.
Kehidupan terus berputar ‘seperti roda yang berputar’, kadang
kebahagiaan menghampiri, kemudian berganti kesedihan, atau bahkan kebahagiaan
dan kesedihan berbaur menjadi satu. Tergantung bagaimana kita menyikapinya.
Apakah dengan adanya kebahagiaan ataupun kesedihan kita selalu mensyukuri?. Hal
yang sama pun terjadi saat rasa kecewa, tangis, dan marah hadir dalam diri
kita. Apakah kita mampu mengontrolnya?. Mengontrol diri untuk tidak larut dalam
kecewa, tangis, dan marah yang berlebihan. Aku mengerti semua akan berlalu
dengan kehendak-Nya. Tak semestinya kita berada dalam keputusasaan saat
kesedihan melanda. Tak semestinya kita terlena dalam buaiannya. Saat kita bahagia,
bisa jadi dalam hitungan detik Allah menggantinya dengan kesedihan. Begitu pun
sebaliknya. Allah mampu membolak-balikan semuanya.
Aku menyadari akan hal itu. Tapi aku manusia
yang kadang lupa dan harus diingatkan untuk tidak terlena dalam kesedihan berkepanjangan.
Sifatku yang sanguin ‘si populer’, menyukai perkumpulan, sangat antusias, dan
ekspresif ini disisi lain merasakan terjadi sedikit pergeseran sifat ke melankolis
‘si sempurna’ yang mudah sensitif, mungkin suka murung, dan mudah merasa
bersalah. Hatiku menjerit kesakitan.
Airmata pun tak terbendung lagi, jatuh tak terarah. Khayalan liarku mulai
menyeruak dalam benakku. Ketakutan dan kekhawatiran muncul disaat masalah itu hadir dalam kehidupanku.
Masalah bisa jadi mulai dari masalah A, B, C hingga Z sebagai bentuk ujian kita
menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Allah pun selalu memberikan solusi
disetiap permasalahan yang ada dan masalah yang diberikan pun sesuai kemampuan
kita. Aku yakin masalah itu akan berlalu.
Tapi ‘seharusnya pun tidak ada kata tapi’
lagi lagi tangisku hadir kembali disaat masalah
itu berkecamuk dalam benakku.
Ya Robb .. aku berserah diri kepadaMu, lapangkanlah hatiku untuk menerima setiap ujian dariMu. Peluk aku Ya Robb.
0 komentar:
Posting Komentar