Buscar

Nano-Nano Rasanya


Nano - nano rasanya. Aku bahagia, aku bersedih, aku kecewa, aku menangis, aku tertawa, dan mungkin aku marah. Semua pasti pernah merasakan. Aku pun juga. Kebayang dalam benakku bagaimana rasa itu hadir saat aku kecil. Bisa jadi aku bahagia karna dibuatkan baju hasil jahitan mama. Bisa jadi aku sedih karna nilai ulanganku jelek ‘bukan karna tidak dibelikan mainan’, seingatku aku jarang meminta dibelikan mainan. Bisa jadi aku kecewa karna mama tidak bawa majalah BOBO seperti biasanya saat pulang ke rumah. Bisa jadi aku menangis karna merasakan sakit. Aku pun bisa saja tertawa saat bersama teman-temanku. Terakhir yang kuingat, aku marah dengan teman mainku karna dia lancang membuka surat kiriman yang diantar pak Pos, surat yang seharusnya aku yang buka. Itu dulu. Saat kukecil. Kini aku telah jauh dari masa kecilku, rasa itu pun hadir berganti. Hanya saja dalam bentuk dan waktu yang berbeda.
Kehidupan terus berputar ‘seperti roda yang berputar’, kadang kebahagiaan menghampiri, kemudian berganti kesedihan, atau bahkan kebahagiaan dan kesedihan berbaur menjadi satu. Tergantung bagaimana kita menyikapinya. Apakah dengan adanya kebahagiaan ataupun kesedihan kita selalu mensyukuri?. Hal yang sama pun terjadi saat rasa kecewa, tangis, dan marah hadir dalam diri kita. Apakah kita mampu mengontrolnya?. Mengontrol diri untuk tidak larut dalam kecewa, tangis, dan marah yang berlebihan. Aku mengerti semua akan berlalu dengan kehendak-Nya. Tak semestinya kita berada dalam keputusasaan saat kesedihan melanda. Tak semestinya kita terlena dalam buaiannya. Saat kita bahagia, bisa jadi dalam hitungan detik Allah menggantinya dengan kesedihan. Begitu pun sebaliknya. Allah mampu membolak-balikan semuanya.
Aku menyadari akan hal itu. Tapi aku manusia yang kadang lupa dan harus diingatkan untuk tidak terlena dalam kesedihan berkepanjangan. Sifatku yang sanguin ‘si populer’, menyukai perkumpulan, sangat antusias, dan ekspresif ini disisi lain merasakan terjadi sedikit pergeseran sifat ke melankolis ‘si sempurna’ yang mudah sensitif, mungkin suka murung, dan mudah merasa bersalah.  Hatiku menjerit kesakitan. Airmata pun tak terbendung lagi, jatuh tak terarah. Khayalan liarku mulai menyeruak dalam benakku. Ketakutan dan kekhawatiran muncul disaat masalah itu hadir dalam kehidupanku. Masalah bisa jadi mulai dari masalah A, B, C hingga Z sebagai bentuk ujian kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Allah pun selalu memberikan solusi disetiap permasalahan yang ada dan masalah yang diberikan pun sesuai kemampuan kita. Aku yakin masalah itu akan berlalu. Tapi ‘seharusnya pun tidak ada kata tapi’ lagi lagi tangisku hadir kembali disaat masalah itu berkecamuk dalam benakku. 
Ya Robb .. aku berserah diri kepadaMu, lapangkanlah hatiku untuk menerima setiap ujian dariMu. Peluk aku Ya Robb.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Alhamdulillah atas nikmat-MU

silahkan dibaca, di klik aja :)